Dampak Stunting pada Psikologi Anak, Bunda Cari Tahu Hal Ini Sebelum Terlambat
Ayah dan Bunda, stunting seringkali kita kenal sebagai masalah tumbuh kembang fisik yang menyebabkan tubuh anak lebih pendek dari seharusnya. Namun, tahukah Anda bahwa dampak stunting tidak berhenti pada fisik semata?
Kondisi ini juga dapat meninggalkan jejak yang signifikan pada perkembangan psikologis anak, mempengaruhi cara mereka belajar, berinteraksi sosial, hingga membentuk kepribadiannya. Sayangnya, banyak orang tua yang belum menyadari betapa berbahayanya efek jangka panjang ini.
Artikel ini hadir untuk membantu Bunda mencari tahu lebih dalam tentang dampak stunting pada psikologi anak, sebelum terlambat. Kami akan membahas bagaimana stunting dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, konsentrasi, suasana hati, hingga risiko masalah perilaku dan kepercayaan diri pada si kecil.
Dengan memahami dampak psikologis ini, diharapkan Ayah dan Bunda dapat lebih proaktif dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting, demi memastikan buah hati tumbuh tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga kuat secara mental dan emosional.
Pentingnya Memperhatikan Stunting bagi Anak dan Efeknya Pada Anak
Bunda, stunting perlu mendapatkan perhatian khusus. Kondisi ini menyimpan dampak jangka panjang yang bisa mempengaruhi kualitas hidup anak, termasuk kondisi psikologisnya. Maka dari itu, orang tua perlu mengenali lebih dalam bagaimana stunting pada psikologi anak bisa terjadi dan mengapa penting mencegahnya sejak dini.
Menurut data WHO, Indonesia tergolong dalam tiga besar negara dengan prevalensi stunting yang tinggi. Pada tahun 2013, rata-rata balita pendek dan sangat pendek sebesar 37.2 % (Riskesdas, 2018)1.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan anak. Selain pertumbuhan fisik yang terhambat, anak yang mengalami stunting juga berisiko mengalami gangguan kognitif, keterlambatan perkembangan, bahkan masalah perilaku.
Berikut adalah lima dampak stunting pada psikologi anak yang patut diwaspadai oleh setiap orang tua.
Dampak Stunting terhadap Perkembangan Psikologis Anak
Stunting bukan hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga mempengaruhi aspek kognitif, emosional, dan sosial mereka. Dalam studi menjelaskan bahwa dampak stunting pada psikologi anak memiliki resiko yang besar pada perilakunya.
Anak dengan stunting diawal dua tahun kehidupannya cenderung berisiko mengalami permasalahan pada kondisi psikologis ketika remaja bila dibandingkan dengan anak normal. Di antaranya adalah kecenderungan cemas dan rentan depresi, kepercayaan diri yang rendah, dan menampakkan perilaku-perilaku hiperaktif yang mengarah pada perilaku yang bertentangan dengan kondisi normal. Meskipun demikian, dengan stimulasi perkembangan anak yang baik, pengaruh negatif dari kejadian stunting terhadap perkembangan anak dapat diminimalisir dampaknya (Susan P. Walker, Susan M. Chang, Christine A. Powell, Emily Simonoff, Sally M. Grantham-McGregor, 2007)2
Berikut beberapa dampak stunting terhadap perkembangan psikologis yang perlu dipahami oleh orang tua.
1. Rendahnya Kemampuan Kognitif
Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki perkembangan otak yang kurang optimal, yang berpengaruh pada kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan belajar. Ketidakmaksimalan pertumbuhan otak ini dapat menghambat potensi akademik mereka sejak usia dini.
Stunting dikaitkan dengan penurunan volume otak serta fungsi kognitif. Dampaknya terlihat dalam prestasi akademik anak di sekolah, yang sering kali lebih rendah dibandingkan teman-teman sebayanya.
2. Kesulitan Mengelola Emosi
Kekurangan nutrisi sejak dini meningkatkan risiko gangguan dalam regulasi emosi anak. Mereka mungkin lebih mudah marah, gelisah, atau kesulitan menenangkan diri ketika menghadapi situasi yang tidak sesuai harapan.
Ketidakstabilan emosi ini dapat mempersulit anak dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru, yang dapat menghambat perkembangan sosial mereka.
3. Tingkat Konsentrasi Rendah
Perkembangan otak yang tidak maksimal akibat stunting membuat anak lebih sulit berkonsentrasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mereka mudah terdistraksi dan kesulitan mempertahankan fokus dalam waktu yang lama, yang mengganggu proses belajar mereka.
Hambatan ini dapat menjadi tantangan besar bagi anak dalam mengembangkan diri dan mencapai prestasi akademik. Kurangnya fokus juga dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas dengan baik.
4. Rasa Percaya Diri yang Rendah
Anak yang mengalami stunting sering kali merasa berbeda dari teman-temannya. Tubuh yang lebih kecil atau kemampuan akademik yang tertinggal bisa menjadi tekanan sosial yang membuat mereka merasa tidak sebanding dengan teman-teman sebayanya.
Akibatnya, anak mungkin menjadi minder, menarik diri dari pergaulan, atau takut tampil di depan umum. Kurangnya kepercayaan diri ini dapat berdampak pada kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan sosial maupun akademik.
5. Risiko Gangguan Mental di Usia Dewasa
Dampak psikologis dari stunting tidak hanya terjadi di masa kanak-kanak, tetapi juga dapat terbawa hingga dewasa. Jika tidak mendapatkan intervensi yang tepat, anak berisiko mengalami kecemasan berlebih, depresi, atau bahkan kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal.
Studi dalam Journal of Nutrition (2017) menyebutkan bahwa anak dengan riwayat stunting memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami gangguan mental saat dewasa. Hal ini menunjukkan pentingnya pemenuhan gizi sejak dini untuk memastikan kesejahteraan anak di masa depan.
5 Cara Mencegah Stunting pada Anak dengan Pendekatan yang Tepat
Mencegah stunting yang berdampak pada psikologi anak perlu dimulai dengan memastikan pertumbuhan fisiknya berlangsung optimal. Upaya pencegahan harus dilakukan secara sistematis, sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Berikut adalah lima langkah yang dapat Bunda terapkan untuk menghindari risiko stunting.
1. Penuhi Gizi Ibu Saat Hamil dan Menyusui
Kehamilan adalah periode krusial dalam mencegah stunting. Penting bagi ibu untuk mendapatkan asupan gizi seimbang, termasuk zat besi, asam folat, protein, dan vitamin. Kekurangan nutrisi selama kehamilan dapat langsung mempengaruhi perkembangan janin.
Setelah melahirkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sangat dianjurkan. ASI mengandung nutrisi penting yang mendukung pertumbuhan anak secara optimal, serta memperkuat sistem kekebalan tubuhnya.
2. Pemberian MPASI yang Tepat dan Bernutrisi
Memasuki usia enam bulan, anak memerlukan makanan pendamping ASI (MPASI) yang kaya nutrisi. Pastikan menu anak mengandung karbohidrat, protein hewani, lemak sehat, vitamin, dan mineral agar kebutuhan gizinya tercukupi.
Hindari pemberian makanan instan berlebihan yang rendah kandungan gizi. MPASI yang tepat tidak hanya mendukung pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan otak anak, sehingga mereka bisa tumbuh dengan lebih optimal.
3. Pantau Tumbuh Kembang Anak Secara Rutin
Orang tua disarankan secara berkala membawa anak ke posyandu atau fasilitas kesehatan terdekat. Pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala sangat penting untuk memastikan pertumbuhan anak sesuai dengan standar usia.
Deteksi dini terhadap potensi gangguan pertumbuhan memungkinkan langkah intervensi yang cepat dan tepat. Dengan pemantauan yang rutin, stunting dapat dicegah atau ditangani lebih awal sebelum dampaknya semakin luas.
4. Ciptakan Lingkungan Emosional yang Positif
Pemberian nutrisi saja tidak cukup, anak juga membutuhkan kasih sayang, stimulasi, dan interaksi yang mendukung perkembangan psikologisnya. Peluk, ajak berbicara, dan libatkan anak dalam aktivitas yang membangun keterampilan sosial dan emosionalnya.
Penelitian dari WHO menegaskan bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang responsif dan penuh kasih. Lingkungan yang positif membantu anak berkembang secara maksimal, baik secara fisik maupun mental.
5. Edukasi Diri sebagai Orang Tua
Informasi mengenai parenting terus berkembang, dan orang tua zaman sekarang memiliki akses yang lebih luas untuk belajar. Mengikuti seminar, membaca buku, atau berkonsultasi dengan dokter anak dapat membantu memahami cara terbaik dalam mencegah stunting.
Keputusan kecil yang dibuat hari ini akan berdampak besar pada masa depan anak. Dengan pengetahuan yang cukup, orang tua dapat memberikan pola asuh yang lebih baik dan memastikan anak tumbuh dalam kondisi optimal.
Kesimpulan
Mencegah stunting bukan hanya untuk memastikan anak tumbuh tinggi dan sehat. Lebih dari itu, mencegah stunting berarti menjaga kesehatan psikologis anak, memastikan masa depan yang lebih cerah, dan membangun generasi yang kuat secara mental maupun emosional.
Dampak stunting pada psikologi anak bisa sangat serius jika tidak dicegah sejak dini. Maka dari itu, mari bersama-sama sebagai orang tua, mulai peduli dengan pemenuhan nutrisi dan kasih sayang anak, agar mereka bisa tumbuh maksimal, cerdas, dan bahagia.
Reference
- Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset kesehatan dasar riskesdas 2013. Diakses pada tanggal 29 Februari 2025 ↩︎
- Erfanti, D.O., Setiabudi, D. and Rusmil, K. 2016. The Relationship of Psychosocial Dysfunction and Stunting of Adolescents in Suburban, Indonesia. Open Journal of Medical Psychology ↩︎