6 Ciri-ciri Balita Tantrum dan Cara Mengatasi yang Tepat, Lakukan Hal Ini Ya Bunda
Bunda, pernahkah kita merasa kewalahan menghadapi si kecil yang tiba-tiba menangis histeris, berguling-guling di lantai, atau bahkan memukul tanpa alasan yang jelas? Fenomena yang sering disebut tantrum ini adalah bagian normal dari perkembangan balita. Balita tantrum perlu mendapatkan perhatian khusus ya Bunda.
Namun, sebagai orang tua, penting bagi kita untuk mengenali ciri-ciri tantrum dan memahami cara mengatasinya dengan tepat agar tidak berkepanjangan dan mengganggu perkembangan emosional anak.
Artikel ini hadir untuk membantu para Bunda mengenali enam ciri-ciri umum tantrum pada balita. Dengan memahami tanda-tanda ini, kita dapat lebih siap dan efektif dalam merespons ledakan emosi si kecil.
Lebih dari itu, kami akan memberikan panduan langkah demi langkah tentang cara mengatasi tantrum dengan tepat, sehingga kita dapat membantu anak belajar mengelola emosinya secara sehat dan membangun ikatan yang lebih kuat dengan mereka. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
6 Ciri-ciri Balita Tantrum dan Cara Mengatasi yang Tepat
Tantrum pada balita sebenarnya adalah bagian normal dari perkembangan emosi mereka ya Bun. Pada usia 1 hingga 4 tahun, anak-anak mulai mengalami banyak emosi kuat yang belum dapat mereka kendalikan sepenuhnya.
Kemampuan mereka untuk mengekspresikan perasaan melalui kata-kata masih terbatas sehingga sering kali ekspresi emosional tersebut keluar dalam bentuk tantrum.
Menurut American Academy of Pediatrics dalam penelitiannya tahun 2020, tantrum adalah respons umum terhadap frustrasi, kelelahan, lapar, atau kebutuhan akan perhatian. Pada usia ini, balita sedang dalam masa transisi antara ketergantungan penuh dengan dorongan untuk menjadi lebih mandiri.
Namun keterbatasan kemampuan berbicara dan mengatur emosi menyebabkan mereka menggunakan tantrum sebagai bentuk komunikasi.
Bunda tidak perlu merasa gagal jika anak mengalami tantrum. Tantrum menandakan bahwa anak sedang belajar mengenali dan mengelola emosinya. Hal yang penting adalah bagaimana orang tua merespons tantrum tersebut dengan cara yang membangun, bukan memperparah situasi.
Memahami bahwa tantrum adalah bagian alami dari perkembangan anak dapat membantu orang tua lebih sabar dan lebih bijak dalam mendampinginya. Agar dapat merespons dengan efektif, orang tua perlu memahami ciri-ciri balita tantrum. Berikut ini enam ciri umum tantrum pada balita serta cara mengatasinya dengan tepat
1. Menangis Kencang Tanpa Sebab yang Jelas
Salah satu tanda tantrum yang paling sering terjadi adalah anak menangis keras tanpa alasan yang jelas. Mereka bisa menangis sejadi-jadinya hanya karena hal kecil, seperti mainan jatuh atau tidak mendapatkan camilan favoritnya.
Tantrum jenis ini biasanya muncul karena anak masih kesulitan mengelola emosinya. Mereka menggunakan tangisan sebagai bentuk ekspresi untuk menunjukkan rasa frustrasi atau ketidaknyamanan.
2. Berteriak atau Membentak
Balita yang mengalami tantrum bisa mulai berteriak, membentak, atau mengucapkan kata-kata kasar. Mereka melakukannya karena merasa frustasi dan belum menemukan cara lain untuk mengungkapkan keinginan mereka.
Suara keras dan sikap agresif ini sering kali muncul saat anak merasa tidak dipahami atau saat mereka tidak mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan dengan segera.
3. Melempar Barang atau Memukul
Beberapa balita melampiaskan emosinya dengan tindakan fisik seperti melempar barang atau bahkan memukul orang di sekitarnya. Mereka melakukannya sebagai bentuk luapan energi akibat perasaan yang sulit mereka kendalikan.
Perilaku ini bisa menjadi cara anak mengekspresikan rasa marah atau kecewa tanpa memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Jika dibiarkan, mereka bisa menganggap respons ini sebagai cara yang normal untuk menghadapi masalah.
4. Berguling-guling di Lantai
Tantrum yang lebih dramatis seringkali disertai dengan anak berguling-guling di lantai, terutama di tempat umum. Ini bisa membuat orang tua merasa malu atau kewalahan dalam menghadapinya.
Perilaku ini biasanya dilakukan sebagai bentuk ekspresi ekstrim ketika anak tidak mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Mereka berharap bahwa dengan bertindak seperti ini, mereka akan menarik perhatian dan mendapatkan apa yang mereka minta.
5. Menahan Napas saat Marah
Beberapa balita menunjukkan perilaku ekstrem dengan menahan napas saat tantrum hingga wajah mereka memerah. Ini sering kali terjadi sebagai bentuk reaksi spontan saat mereka merasa sangat kesal.
Meskipun terlihat mengkhawatirkan, biasanya anak akan kembali bernapas secara otomatis setelah beberapa saat. Namun, kebiasaan ini dapat menjadi tanda bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mengontrol emosinya.
6. Mencari Perhatian dengan Sikap Ekstrem
Balita bisa melakukan tindakan ekstrem, seperti pura-pura terluka atau bertingkah lucu secara berlebihan, saat tantrum untuk mendapatkan perhatian. Mereka berharap bahwa dengan cara ini, orang tua akan langsung fokus pada mereka.
Jika tidak diarahkan dengan baik, anak bisa terbiasa menggunakan cara ini setiap kali mereka merasa tidak mendapatkan cukup perhatian. Mereka mungkin menganggap bahwa mereka harus melakukan sesuatu yang dramatis untuk mendapatkan respons yang diinginkan.
Cara Mengatasi Balita Tantrum yang Tidak Terduga
Bunda, jangan panik saat anak mengalami tantrum. Pastikan anak diberikan ruang untuk menangis sebelum nanti Bunda tanyakan keadaan anak. Berikut ada beberapa cara mengatasi balita tantrum.
1. Meminta Pertolongan Allah
Ketika menghadapi balita tantrum tentu menguras tenaga ya Bunda, maka dari itu, untuk membantu menjaga ibu tetap sehat secara mental, maka dianjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa meminta pertolongan Allah. Salah satu doa yang bisa dibaca untuk mendapatkan ketenangan hati.
Salah satu doa untuk meminta perlindungan yang bisa kepada Allah ﷻ yang dinukilkan dari hadist Rasulullah ﷻ. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ قَالَ: “بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ”
Artinya:
“Rasulullah ﷺ apabila keluar dari rumahnya, beliau mengucapkan: ‘Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, dan dari berbuat bodoh atau dibodohi.’ (HR. Abu Dawud No. 5094).
2. Tetap Tenang agar Anak Tidak Semakin Terpicu
Ketika anak mulai menangis kencang tanpa sebab yang jelas, usahakan untuk tetap tenang. Jangan ikut terpancing emosi atau membalas dengan kemarahan, karena ini bisa memperburuk tantrum mereka.
Biarkan anak meluapkan emosinya sejenak sambil memastikan mereka tetap dalam kondisi aman. Setelah tangisannya mereda, ajak mereka berbicara dengan lembut agar mereka mulai belajar mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata.
2. Gunakan Nada Bicara Lembut saat Anak Berteriak
Jika anak mulai berteriak atau membentak karena frustrasi, turunkan nada bicara Anda agar mereka tidak semakin terpicu. Suara yang lembut dan stabil dapat membantu mereka lebih cepat menenangkan diri.
Bantu anak menemukan cara lain untuk menyampaikan keinginannya tanpa harus berteriak. Ajarkan mereka untuk mengatakan perasaan mereka dengan jelas, seperti “Aku marah karena ingin main lebih lama.”
3. Arahkan Amarah Anak ke Aktivitas yang Lebih Aman
Saat anak melempar barang atau memukul orang di sekitarnya, segera hentikan dengan memegang tangan mereka dengan lembut namun tegas. Pastikan mereka memahami bahwa tindakan tersebut tidak boleh dilakukan.
Alihkan energi mereka ke aktivitas yang lebih positif, seperti menggambar, memeluk boneka, atau menarik napas dalam-dalam. Ini membantu mereka menyalurkan amarah dengan cara yang lebih sehat.
4. Jangan Langsung Menyerah saat Anak Berguling di Lantai
Jika anak berguling-guling di lantai sebagai bentuk tantrum, tetaplah tenang dan hindari langsung memenuhi keinginannya. Memenuhi permintaan mereka saat tantrum hanya akan menguatkan perilaku ini.
Jika memungkinkan, pindahkan mereka ke tempat yang lebih tenang dan aman. Setelah mereka lebih tenang, ajarkan bahwa ada cara lain yang lebih sopan untuk meminta sesuatu.
5. Awasi Anak saat Menahan Napas saat Marah
Ketika anak menahan napas saat tantrum, tetaplah tenang dan pastikan mereka dalam kondisi aman. Biasanya, mereka akan kembali bernapas secara otomatis setelah beberapa saat.
Jika kebiasaan ini sering terjadi, ajarkan teknik bernapas perlahan agar mereka bisa mengendalikan emosi dengan lebih baik. Jika perlu, konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapatkan saran lebih lanjut.
6. Jangan Berikan Perhatian Berlebihan saat Anak Bertingkah Ekstrem
Jika anak pura-pura terluka atau bertingkah lucu secara berlebihan untuk mendapatkan perhatian, usahakan untuk tetap netral. Jangan langsung merespons tindakan tersebut, agar mereka tidak menganggap bahwa tantrum adalah cara efektif untuk menarik perhatian.
Alihkan fokus mereka ke aktivitas yang lebih positif dan berikan perhatian sebelum mereka mulai bertindak ekstrem. Dengan begitu, anak akan belajar bahwa mereka tetap bisa mendapatkan perhatian tanpa harus melakukan perilaku tantrum.
Kesimpulan
Menghadapi ciri balita tantrum memang tidak mudah namun dengan pemahaman yang tepat orang tua dapat membantu anak mengelola emosinya dengan lebih baik. Tantrum adalah bagian dari proses belajar anak dalam mengenali dan mengatur emosinya.
Saat terpenting adalah bagaimana orang tua hadir dengan sikap tenang, empatik, dan konsisten dalam membimbing anak melewati masa-masa sulit ini.
Penelitian dalam Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics (Levy et al., 2019) menunjukkan bahwa pendekatan orang tua yang responsif, sabar, dan penuh kasih dapat mengurangi frekuensi dan intensitas tantrum pada anak. Oleh karena itu, penting untuk terus mendampingi anak dengan penuh cinta dan kesabaran.
Dengan memahami penyebab dan ciri balita tantrum serta menerapkan cara mengatasinya yang tepat bunda dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih stabil secara emosional dan percaya diri. Ingatlah bahwa setiap tantrum adalah kesempatan emas untuk mengajarkan anak keterampilan emosional yang akan mereka bawa hingga dewasa.