Cara Mengenali Ciri Anak Manja dan Tips Mengatasinya, Bunda Simak Ya
Bunda mungkin tanpa sadari, kita kerap kali menuruti apapun kemauan anak tanpa membuatnya berusaha terlebih dahulu. Sayangnya, hal ini bisa membuat anak mendapatkan “sentuhan” manja, dan jika dibiarkan akan berakibat buruk pada masa depannya. Bunda perlu memberikan takar kasih sayang yang tepat agar tidak menjadi anak manja.
Artikel ini hadir untuk membantu para Bunda mengenali ciri-ciri perilaku manja pada anak sejak dini. Kami akan mengulas berbagai indikator yang perlu diperhatikan, serta yang terpenting, memberikan tips praktis dan efektif untuk mengatasi perilaku manja tersebut.
Dengan pemahaman dan tindakan yang tepat, kita dapat membimbing si kecil untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki resiliensi yang baik. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Penyebab Anak Bisa Menjadi Manja dan Cirinya
Anak manja tidak muncul begitu saja. Banyak faktor yang bisa membuat anak berkembang menjadi pribadi yang manja, dan salah satunya justru berasal dari pola asuh yang tidak disadari orang tua.
Menurut jurnal Early Child Development and Care (Rudy & Grusec, 2006), pola asuh permisif, yaitu gaya pengasuhan yang terlalu membebaskan dan minim batasan, berpotensi besar menyebabkan anak menjadi manja.
Dalam pola ini, orang tua cenderung menghindari konflik, terlalu menuruti keinginan anak, dan kurang tegas dalam menetapkan aturan.
Beberapa orang tua merasa bahwa memberikan semua yang diminta anak adalah bentuk kasih sayang. Padahal, kasih sayang juga perlu diimbangi dengan batasan dan pengajaran tanggung jawab.
Ketika anak selalu mendapatkan apa yang diinginkan tanpa usaha, mereka tidak belajar menunda keinginan atau memahami konsekuensi.
Berikut beberapa ciri umum anak manja yang bisa Bunda kenali sejak dini:
1. Mudah Marah atau Menangis saat Keinginannya Tidak Dituruti
Beberapa anak cenderung menunjukkan emosi yang kuat saat keinginannya tidak terpenuhi. Mereka bisa marah atau menangis berlebihan sebagai bentuk protes terhadap batasan yang ditetapkan oleh orang tua.
Hal ini biasanya terjadi karena mereka belum memahami konsep penundaan kepuasan atau negosiasi. Orang tua dapat membantu dengan memberikan pengertian secara lembut bahwa tidak semua hal bisa didapatkan secara instan.
2. Selalu Ingin Ditemani dan Tidak Bisa Bermain Sendiri
Anak yang selalu ingin ditemani menunjukkan ketergantungan tinggi terhadap orang lain untuk merasa nyaman. Mereka mungkin merasa kesulitan menikmati waktu sendiri atau menemukan kesenangan tanpa kehadiran orang tua.
Mendorong anak untuk bermain secara mandiri membantu mereka mengembangkan kemandirian dan kreativitas. Orang tua bisa membiasakan anak dengan aktivitas yang menarik agar mereka lebih percaya diri bermain sendiri.
3. Sering Menolak Aturan dan Tidak Suka Diarahkan
Beberapa anak memiliki kecenderungan untuk menolak aturan yang diberikan orang tua. Mereka merasa lebih nyaman ketika bisa menentukan segala sesuatu sendiri tanpa ada arahan tertentu.
Kondisi ini bisa diatasi dengan menetapkan aturan yang konsisten namun tetap fleksibel. Menjelaskan alasan di balik aturan dengan cara yang mudah dipahami akan membantu anak lebih menerima struktur yang ada.
4. Membutuhkan Perhatian Berlebihan
Anak yang selalu mencari perhatian mungkin merasa tidak cukup mendapatkan pengakuan dari orang tua. Mereka bisa terus-menerus berusaha menarik perhatian melalui tindakan yang berlebihan.
Menyeimbangkan perhatian dengan cara yang positif dapat membantu anak merasa cukup dihargai. Orang tua bisa memberi apresiasi terhadap perilaku baik anak tanpa harus selalu memenuhi keinginan mereka secara berlebihan.
5. Kurang Mampu Menyelesaikan Tugas atau Masalah Sendiri
Saat menghadapi tantangan, beberapa anak sulit menyelesaikan tugas tanpa bantuan. Mereka mungkin merasa frustasi dan menyerah lebih cepat karena tidak terbiasa mencoba solusi sendiri.
Melatih anak untuk berpikir mandiri dan mencoba menyelesaikan masalah secara bertahap dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Orang tua bisa mendukung dengan memberikan dorongan yang sehat tanpa terlalu banyak campur tangan.
Anak manja juga cenderung menunjukkan sikap tidak sabaran, kesulitan menerima penolakan, dan kurang menghargai orang lain. Jika tidak ditangani sejak dini, perilaku ini bisa terbawa hingga remaja bahkan dewasa, yang berdampak pada kemampuan sosial dan emosional anak.
5 Cara Bijak Menghadapi Anak Manja dengan Tepat
Menghadapi anak manja memang membutuhkan kesabaran ekstra, tetapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Berikut lima cara efektif yang bisa Bunda lakukan untuk membantu anak menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab.
1. Terapkan Aturan yang Konsisten di Rumah
Anak perlu memahami bahwa ada batasan yang harus dihormati dalam kehidupan sehari-hari. Aturan yang jelas dan diterapkan secara konsisten membantu mereka belajar tentang struktur dan tanggung jawab.
Misalnya, jika anak terbiasa merapikan mainan setelah bermain, aturan tersebut harus selalu ditegakkan. Konsistensi dalam pengasuhan berperan besar dalam membentuk disiplin diri dan rasa tanggung jawab pada anak.
2. Ajarkan Anak untuk Menunda Keinginan
Melatih anak agar tidak langsung mendapatkan apa yang diinginkan merupakan langkah penting dalam mengembangkan kesabaran. Orang tua bisa memulai dengan hal sederhana, seperti meminta anak menunggu giliran bermain atau menabung untuk sesuatu yang mereka inginkan.
Kemampuan menunda kepuasan berkaitan erat dengan kontrol diri dan kesuksesan jangka panjang. Studi lainnya menunjukkan bahwa anak yang mampu menahan diri lebih cenderung memiliki prestasi akademik dan kemampuan sosial yang baik di kemudian hari.
3. Berikan Konsekuensi yang Mendidik, Bukan Hukuman yang Menyakitkan
Konsekuensi yang logis dan konsisten membantu anak memahami bahwa setiap tindakan memiliki dampak. Jika mereka tidak merapikan mainannya, misalnya, konsekuensi yang diberikan bisa berupa tidak boleh bermain dengan mainan tersebut esok hari.
Pendekatan ini lebih efektif dibandingkan sekadar memarahi atau membentak. Anak belajar bertanggung jawab atas perilakunya, sekaligus memahami bahwa setiap keputusan memiliki akibat yang harus diterima.
4. Beri Pujian pada Usaha, Bukan Hanya Hasil
Daripada hanya memuji anak saat mereka berhasil mencapai sesuatu, apresiasi juga perlu diberikan terhadap usaha yang mereka lakukan. Penghargaan atas proses yang mereka jalani membantu anak memahami pentingnya kerja keras.
Penelitian dalam Journal of Educational Psychology (Dweck, 2006) menunjukkan bahwa anak yang mendapat pujian atas usaha mereka lebih tahan menghadapi tantangan. Mereka tidak mudah menyerah dan memiliki motivasi untuk terus berkembang.
5. Libatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan Sederhana
Memberi anak kesempatan untuk memilih, seperti menentukan menu makan siang atau memilih pakaian, membantu mereka merasa memiliki kendali atas hidupnya. Ini memperkuat rasa tanggung jawab dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Selain itu, proses ini melatih anak untuk berpikir sebelum mengambil keputusan. Mereka belajar mempertimbangkan risiko serta menerima konsekuensi dari pilihan mereka, menjadikan mereka lebih mandiri dan bijak dalam bertindak.
Kesimpulan
Anak manja bukan berarti anak yang nakal atau gagal dididik. Justru, perilaku manja sering kali muncul karena kasih sayang yang diberikan tanpa batasan dan pembelajaran. Sebagai orang tua, penting bagi kita untuk menyadari pola pengasuhan yang kita terapkan sehari-hari.
Dengan membangun komunikasi yang sehat, menerapkan aturan secara konsisten, dan memberikan ruang bagi anak untuk belajar dari pengalamannya, Bunda bisa membantu anak mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab sejak dini. Anak yang tidak manja bukan berarti anak yang tidak dimanja, tetapi anak yang dibesarkan dengan cinta yang penuh arah dan tujuan.
Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang sehat dan seimbang untuk tumbuh kembang anak. Karena setiap anak berhak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, bukan hanya bahagia sesaat.
Referensi
Masfufah dkk. 2023. Penanganan Anak Manja dengan Bijak: Strategi Orang Tua yang Efektif. CEMERLANG: Jurnal Manajemen dan Ekonomi Bisnis