Cara Menghadapi Anak Marah yang Tepat dan Bijak, Bunda Lakukan Hal Ini di Rumah
Ayah dan Bunda, menghadapi ledakan amarah si kecil tentu bisa menjadi momen kurang menyenangkan bagi Anda dan anak. Reaksi spontan kita terkadang justru memperburuk situasi anak, maka dari itu, Anda perlu menemukan cara menghadapi anak marah yang tepat tanpa melukai perasaan si kecil.
Bunda, bisa saja kita tidak sadar bahwa respons yang kurang tepat dari orang tua saat anak marah justru membuat regulasi emosi mereka menjadi kurang baik di masa depan. Artikel ini hadir untuk memberikan panduan praktis bagi Ayah dan Bunda tentang cara menghadapi anak yang sedang marah dengan tepat dan efektif.
Alih-alih ikut terpancing emosi, kita akan membahas langkah-langkah konstruktif yang bisa diterapkan untuk menenangkan anak, memahami perasaannya, dan mengajarkan mereka cara mengekspresikan kemarahan secara sehat.
Dengan pendekatan yang tepat, momen tantangan ini justru bisa menjadi kesempatan berharga untuk mendidik kecerdasan emosional si kecil. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Penyebab Anak Marah serta Jenis Marahnya
Sebelum membahas cara menghadapi anak marah, penting bagi orang tua untuk memahami dulu apa saja penyebab umum anak mengalami kemarahan serta jenis-jenis kemarahan yang mungkin terjadi.
Setiap anak memiliki latar belakang emosi yang berbeda, sehingga cara mereka mengekspresikan amarah juga bisa beragam.
Beberapa penyebab umum anak marah antara lain adalah rasa frustasi, ketidakmampuan mengungkapkan keinginan, kelelahan, merasa tidak adil, atau adanya kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.
Misalnya, anak usia dini yang belum lancar berbicara mungkin marah karena kesulitan menyampaikan perasaannya. Sementara anak yang lebih besar bisa marah karena merasa keinginannya tidak didengar oleh orang tua. Dari sisi jenisnya, marah pada anak bisa dibagi menjadi beberapa bentuk
1. Marah karena Frustasi
Kemarahan yang muncul karena frustasi sering terjadi ketika anak merasa tidak mampu mencapai sesuatu yang diharapkannya. Mereka mungkin kesulitan menyelesaikan tugas atau menghadapi tantangan yang menurut mereka terlalu sulit.
Saat menghadapi situasi ini, orang tua dapat membantu anak dengan memberikan dukungan dan solusi yang sesuai. Mendorong mereka untuk mencoba lagi dengan cara yang lebih sederhana akan membantu mengurangi rasa frustasi dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.
2. Marah karena Perlakuan yang Tidak Adil
Anak bisa merasa marah ketika mereka merasa diperlakukan berbeda atau lebih buruk dibandingkan orang lain. Mereka mungkin merasa dibandingkan dengan saudara, teman, atau mendapatkan hukuman yang menurut mereka tidak sebanding dengan kesalahan yang dibuat.
Untuk mengatasi ini, orang tua perlu memastikan bahwa aturan diterapkan secara konsisten dan adil. Mengajak anak berdiskusi tentang perasaan mereka dapat membantu mereka memahami situasi dengan lebih baik dan merasa lebih dihargai.
3. Marah karena Kebutuhan Emosional yang Tidak Terpenuhi
Kurangnya perhatian, kasih sayang, atau rasa aman dapat memicu kemarahan pada anak. Mereka mungkin menunjukkan sikap kesal sebagai bentuk protes karena merasa diabaikan atau tidak mendapatkan dukungan emosional yang cukup.
Orang tua dapat mengatasinya dengan memberikan waktu berkualitas bersama anak dan mendengarkan mereka secara aktif. Memberikan pelukan, kata-kata dukungan, dan memastikan mereka merasa dicintai akan membantu meredakan emosi mereka dengan lebih baik.
4. Marah karena Impuls yang Belum Terkontrol
Anak yang masih belajar mengelola emosinya bisa tiba-tiba menunjukkan kemarahan tanpa alasan yang jelas. Mereka mungkin marah karena dorongan spontan, bukan karena ada penyebab spesifik yang dapat dijelaskan.
Dalam menghadapi situasi ini, orang tua dapat membantu dengan mengajarkan teknik regulasi emosi seperti menarik napas dalam atau menenangkan diri sebelum bereaksi. Membantu anak memahami emosi mereka akan membuat mereka lebih mampu mengontrol diri di kemudian hari.
5. Mengenali Kemarahan Anak sebagai Bagian dari Perkembangannya
Setiap bentuk kemarahan memiliki pesan tersembunyi yang perlu dipahami sebelum memberikan respons. Orang tua yang langsung menghakimi atau memarahi anak tanpa memahami sebabnya mungkin akan memperburuk keadaan.
Pendekatan yang tenang dan penuh empati akan membantu anak belajar mengelola emosinya dengan lebih sehat. Dengan memahami alasan di balik kemarahan mereka, orang tua dapat memberikan bimbingan yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan anak.
Cara Menghadapi Anak Marah yang Tepat
Menghadapi anak marah bukan berarti harus menekan atau mengabaikan emosinya. Sebaliknya, orang tua perlu menjadi contoh dalam mengelola emosi dan menunjukkan kepada anak bagaimana cara menghadapi perasaan yang kuat dengan sehat. Berikut ini beberapa cara menghadapi anak marah yang tepat.
1. Tetap Tenang dan Perbanyak Berdzikir Kepada Allah
Saat anak marah, sering kali orang tua terpancing untuk ikut marah atau membentak. Padahal, dalam penelitian, respons emosional orang tua sangat mempengaruhi cara anak belajar mengelola emosinya.
Anda perlu membiasakan diri Anda dan anak untuk terus berdzikir untuk meredakan amarahnya. Seperti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 152, berdzikir kepada Allah merupakan bentuk selalu mengingat kepadaNya agar memohon perlindungan.
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S Al Baqarah ayat 152).
Menjaga ketenangan adalah kunci utama dalam menghadapi kemarahan anak. Tarik nafas dalam, berbicara dengan nada yang lembut, dan tetap menunjukkan ekspresi wajah netral. Sikap ini akan membantu anak merasa lebih aman dan akhirnya meredakan amarahnya. Jangan lupa ajarkan anak untuk beristighfar setiap kali amarahnya datang ya Bunda.
2. Ajarkan Anak Mengenali dan Menamai Emosinya
Anak perlu diajarkan untuk mengenali dan memahami emosinya sendiri. Setelah mereka mulai tenang, ajak mereka berdiskusi ringan dengan pertanyaan seperti “Kamu merasa marah karena apa?” atau “Apa yang membuatmu sedih?”.
Melalui proses ini, anak belajar untuk menyadari perasaan mereka dan memahami bahwa emosi memiliki penyebab yang bisa dikenali. Kemampuan ini akan membantu mereka mengelola emosi dengan lebih baik di masa depan dan bereaksi secara lebih terkendali.
3. Bantu Anak Menemukan Cara Positif untuk Menyalurkan Amarah
Ajarkan anak bahwa marah itu wajar, tetapi harus disalurkan dengan cara yang sehat. Berbagai aktivitas dapat membantu mereka mengelola emosi, seperti menarik napas dalam, menulis di buku harian, menggambar, atau berolahraga ringan.
Menurut Frontiers in Psychology, aktivitas fisik terbukti efektif dalam menurunkan intensitas emosi negatif pada anak. Dengan dorongan yang tepat, anak akan lebih mudah menemukan cara sehat untuk mengatasi kemarahannya tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain.
4. Tetapkan Batasan yang Konsisten
Memahami perasaan anak memang penting, tetapi tetap ada batasan yang harus ditegakkan. Misalnya, anak boleh marah, tetapi tidak boleh memukul atau membanting barang sebagai bentuk ekspresi emosi.
Orang tua perlu menjelaskan secara tegas bahwa perilaku merusak tidak dapat diterima. Konsistensi dalam menetapkan aturan akan membantu anak belajar bahwa mereka tetap boleh merasa marah, tetapi harus menyalurkannya dengan cara yang baik.
5. Dengarkan dan Validasi Perasaan Anak
Kadang, anak hanya butuh didengarkan tanpa langsung diberi nasihat atau dinilai. Memberikan mereka ruang untuk mengungkapkan perasaan akan membuat mereka merasa lebih dimengerti dan tidak sendirian dalam menghadapi emosinya.
Ucapan sederhana seperti “Bunda tahu kamu sedang marah” atau “Bunda paham kamu kesal” dapat membantu anak merasa dihargai. Validasi emosi tanpa langsung menyetujui perilakunya mengajarkan mereka bahwa perasaan itu wajar, tetapi tetap harus dikendalikan dengan cara yang baik.
Kesimpulan
Menghadapi anak marah memang membutuhkan kesabaran ekstra. Namun dengan memahami penyebab kemarahan, mengenali jenis-jenisnya, dan menerapkan cara yang tepat, orang tua dapat membantu anak membangun keterampilan emosional yang kuat.
Kemarahan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau ditekan, melainkan kesempatan emas untuk mengajarkan anak tentang dirinya sendiri dan tentang hubungan yang sehat dengan orang lain.
Reference
Mengajarkan Anak Usia Dini Keterampilan Mengelola Emosi. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020.