Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Belajar Memahami Kebutuhan Anak Disleksia, Bunda Simak Ya!

anak disleksia
April 30, 2025

Bunda, pernahkah kita merasa khawatir saat melihat si kecil tampak kesulitan dalam membaca, mengeja, atau bahkan memahami urutan huruf dan angka? Jangan panik dulu, Bun! Bisa jadi, buah hati kita memiliki karakteristik anak disleksia, sebuah kondisi neurologis yang mempengaruhi kemampuan belajar membaca dan menulis. 

Memahami disleksia sejak dini adalah langkah awal yang penting untuk memberikan dukungan yang tepat bagi perkembangan anak. Artikel ini hadir untuk membantu para Bunda mengenali lebih dekat tentang disleksia dan kebutuhan unik anak-anak yang mengalaminya. 

Kita akan membahas berbagai aspek penting terkait disleksia, mulai dari ciri-ciri yang mungkin tampak, hingga cara-cara efektif untuk mendukung proses belajar mereka di rumah. 

Dengan pemahaman yang benar dan pendekatan yang sabar, kita dapat membantu anak-anak disleksia mengembangkan potensi mereka secara optimal dan meraih kesuksesan di masa depan. Yuk, kita belajar bersama!

Apa Itu Anak dengan Gangguan Disleksia, Ciri dan Penyebabnya

Disleksia adalah gangguan belajar spesifik yang terutama mempengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, mengeja, dan terkadang juga menulis.

 Anak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam menghubungkan huruf dengan suara, serta memahami kata-kata yang terbentuk dari huruf-huruf tersebut. Meskipun demikian, kecerdasan anak disleksia umumnya normal bahkan bisa di atas rata-rata.

Menurut American Psychiatric Association dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5), disleksia termasuk dalam kategori gangguan belajar spesifik yang bersifat neurologis. Artinya, ada perbedaan cara otak memproses informasi bahasa. Ciri-ciri umum anak dengan disleksia antara lain

  1. Kesulitan Membedakan Huruf-huruf Mirip Seperti B dan D

Kesulitan visual ini seringkali membuat anak-anak atau individu dengan disleksia merasa frustasi. Bentuk huruf yang serupa dapat tertukar dalam pikiran, menyebabkan kesalahan saat membaca maupun menulis.

Akibatnya, proses identifikasi huruf menjadi lebih lambat dan memerlukan konsentrasi ekstra. Hal ini dapat mempengaruhi kecepatan dan pemahaman bacaan secara keseluruhan. Hal ini merupakan yang paling umum yang dialami oleh anak ketika mengalami disleksia. 

  1. Membaca dengan Lambat dan Penuh Usaha

Proses membaca terasa berat dan memerlukan fokus yang tinggi. Setiap kata perlu diurai secara perlahan, menghabiskan banyak energi dan waktu.

Kelancaran dalam membaca menjadi terhambat, dan ritme bacaan tidak alami. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan kurangnya minat terhadap kegiatan membaca. Biasanya anak mengalami kemampuan membaca yang lambat dibandingkan temannya. 

  1. Sering Salah dalam Mengeja Kata Sederhana

Kesalahan ejaan muncul meskipun kata-kata tersebut familiar dan sering digunakan. Urutan huruf dalam kata dapat berbolak-balik atau ada huruf yang hilang. Hal ini membuat anak kesulitan menyebutkan kata yang tepat walaupun diksinya sederhana.  

Ketidaksesuaian antara apa yang didengar dan apa yang ditulis menjadi tantangan. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi tertulis dan rasa percaya diri.

  1. Sulit Memahami Apa yang Dibaca

Meskipun mampu mendekode kata-kata, makna keseluruhan dari kalimat atau paragraf sulit dipahami. Fokus yang berlebihan pada proses membaca kata per kata mengurangi kapasitas untuk memahami konteks.

Informasi yang dibaca tidak tersimpan dengan baik dalam memori, sehingga sulit untuk mengingat atau menceritakan kembali isi bacaan. Pemahaman yang dangkal ini menghambat proses belajar dan penyerapan informasi.

Faktor penyebab disleksia belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor genetik memiliki peran besar. Seperti dalam studi yang menunjukkan bahwa anak yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan belajar seperti disleksia berisiko lebih tinggi mengalami kondisi serupa. 

Selain itu, faktor perkembangan otak dan perbedaan struktur di area otak yang memproses bahasa juga turut berkontribusi.

Penting untuk dipahami bahwa disleksia bukan disebabkan oleh kurangnya kecerdasan atau usaha dari anak. Ini murni merupakan perbedaan cara kerja otak yang membutuhkan pendekatan pembelajaran khusus.

5 Kebutuhan Anak Disleksia yang Perlu Dilakukan Orang Tua

Memenuhi kebutuhan anak disleksia dengan tepat akan membuat perjalanan belajar mereka menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Berikut lima hal penting yang perlu dilakukan orang tua.

Pendekatan Pembelajaran yang Disesuaikan

Setiap anak itu unik, termasuk si kecil kita yang mungkin memiliki cara belajar yang berbeda. Mereka membutuhkan sentuhan istimewa dalam belajar, yang melibatkan lebih dari sekadar melihat dan mendengar.

Bayangkan belajar sambil bermain dengan huruf-huruf yang bisa disentuh, atau mengucapkan bunyi huruf sambil bergerak. Metode belajar yang kaya indra ini membantu otak mereka menghubungkan huruf dan suara dengan lebih kuat.

Ada program belajar khusus, seperti Orton-Gillingham, yang dirancang untuk membantu anak-anak dengan disleksia. Penelitian pun menunjukkan bahwa cara belajar seperti ini benar-benar membantu mereka menjadi lebih mahir membaca.

Lingkungan yang Mendukung dan Bebas Tekanan

Rumah dan lingkungan belajar yang penuh cinta dan penerimaan adalah tempat yang paling aman bagi anak kita. Hindari membandingkannya dengan teman-temannya atau membuatnya merasa malu jika ada kesulitan.

Fokuslah pada setiap kemajuan kecil yang ia tunjukkan dan hargai usahanya. Ingatlah, Ayah dan Bunda, bahwa nilai anak kita jauh lebih besar dari sekadar nilai di sekolah.

Biarkan mereka tahu bahwa kita bangga dengan mereka apa adanya, dengan segala keunikan dan potensi yang mereka miliki. Dukungan kita adalah pelita bagi semangat belajarnya.

Waktu Belajar yang Fleksibel dan Bertahap

Anak-anak kita mungkin membutuhkan waktu yang sedikit lebih panjang untuk mencerna informasi baru. Jangan terburu-buru, berikan mereka waktu ekstra dan kesabaran.

Pecahlah materi belajar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah mereka pahami. Seperti membangun rumah dengan batu bata, sedikit demi sedikit, lama-lama akan menjadi kokoh.

Penelitian juga menunjukkan bahwa belajar sedikit demi sedikit secara teratur jauh lebih efektif daripada belajar sekaligus dalam waktu yang lama. Konsistensi adalah kunci, Ayah dan Bunda.

Latihan Keterampilan Emosional dan Sosial

Tantangan belajar bisa membuat anak-anak kita merasa frustrasi atau kurang percaya diri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan kebutuhan emosional mereka.

Ajak mereka berbicara tentang perasaannya, bantu mereka mengenali dan mengelola emosi tersebut. Tumbuhkan rasa percaya diri mereka melalui kegiatan yang mereka sukai dan kuasai.

Kegiatan seperti seni, olahraga, atau bermain musik bukan hanya menyenangkan, tetapi juga bisa menjadi cara mereka mengekspresikan diri dan membangun keyakinan pada kemampuan mereka.

Kolaborasi dengan Ahli dan Sekolah

Kita tidak sendiri dalam perjalanan ini, Ayah dan Bunda. Jangan ragu untuk bekerja sama dengan para ahli seperti guru, psikolog, atau terapis yang memang memiliki keahlian di bidang disleksia.

Pastikan pihak sekolah juga memahami kondisi anak kita, sehingga mereka bisa mendapatkan dukungan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Program belajar individual (IEP) bisa menjadi salah satu solusinya.

Kerja sama yang baik antara keluarga dan sekolah terbukti memberikan dampak positif yang signifikan bagi perkembangan akademis dan emosional anak-anak kita. Mari bergandengan tangan untuk masa depan mereka yang lebih cerah.

Kesimpulan

Belajar memahami kebutuhan anak disleksia memerlukan kesabaran, kasih sayang, dan komitmen jangka panjang dari orang tua. Disleksia bukanlah hambatan untuk mencapai kesuksesan, melainkan tantangan unik yang bisa diatasi dengan pendekatan yang tepat. 

Dengan mengenali karakteristik disleksia, menciptakan lingkungan belajar yang suportif, serta berkolaborasi dengan ahli, anak-anak ini dapat berkembang menjadi individu yang percaya diri dan berprestasi.

Bunda tidak perlu panik saat mengetahui anak memiliki disleksia. Dengan memahami kebutuhan anak disleksia, Bunda justru telah mengambil langkah pertama yang sangat berarti untuk mendukung masa depan mereka. 

Ingat, setiap anak memiliki caranya sendiri untuk bersinar dan tugas kita sebagai orang tua adalah menemani mereka dengan sabar hingga mereka menemukan cahaya itu.

Reference 

Kids Health. Diakses pada 2025. For Kids. Dyslexia.

Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Diseases & Conditions. Dyslexia

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *