Anak Hiperaktif: Tanda, Jenis dan Cara Mengatasinya
Ayah dan Bunda, pernahkah kita merasa kewalahan dengan energi si kecil yang seolah tak pernah habis? Anak yang terus bergerak, sulit fokus, dan tampak impulsif, bisa membuat Anda mulai mengenali tanda-tanda anak hiperaktif pada anak.
Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda memahami lebih dalam tentang anak hiperaktif . Kita akan mengulas berbagai tanda yang perlu diwaspadai, mengidentifikasi jenis-jenis perilaku hiperaktif yang mungkin berbeda, serta yang terpenting, memberikan panduan praktis tentang cara mengatasi dan mengelola kondisi ini secara efektif di rumah.
Dengan pemahaman yang tepat, kita dapat membimbing si kecil agar energinya tersalurkan dengan positif dan mereka dapat tumbuh kembang secara optimal. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Apa Itu Anak Hiperaktif, Jenis, dan Cirinya
Anak hiperaktif merujuk pada anak yang memiliki tingkat energi sangat tinggi, kesulitan untuk diam, dan cenderung terus bergerak sepanjang waktu. Perilaku ini bukan hanya bagian dari pertumbuhan normal, tetapi bisa menjadi tanda bahwa anak membutuhkan pendekatan khusus dalam mendampingi aktivitas dan emosinya.
Menurut American Psychiatric Association melalui Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), perilaku hiperaktif yang konsisten dan mengganggu bisa mengarah pada kondisi yang lebih serius seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Beberapa ciri anak hiperaktif yang perlu diperhatikan antara lain
1. Kesulitan Duduk Tenang dalam Waktu Lama
Anak yang aktif sering kali merasa sulit untuk duduk diam dalam waktu yang lama. Mereka bisa cepat merasa bosan atau gelisah ketika harus berada di satu tempat tanpa aktivitas yang cukup menarik.
Sebagai orang tua, penting untuk memahami bahwa gerakan mereka adalah bagian alami dari perkembangan anak. Memberikan aktivitas selingan seperti berdiri sejenak atau melakukan gerakan kecil dapat membantu mereka tetap nyaman saat belajar atau beristirahat.
2. Sering Berlari atau Memanjat dalam Situasi yang Tidak Semestinya
Beberapa anak memiliki dorongan alami untuk terus bergerak, yang membuat mereka sering berlari atau memanjat bahkan dalam situasi yang tidak tepat. Mereka mungkin belum sepenuhnya memahami batasan di lingkungan sekitar.
Untuk membantu mereka belajar kapan harus tenang dan kapan boleh aktif, orang tua bisa memberikan aturan yang jelas namun tetap fleksibel. Mengarahkan energi mereka ke aktivitas fisik yang lebih terstruktur juga dapat membantu mengelola dorongan bergerak ini.
3. Berbicara Terus-Menerus Tanpa Henti
Anak yang memiliki banyak energi biasanya juga sangat aktif dalam berbicara. Mereka mungkin sering berbicara tanpa jeda, ingin berbagi segala hal yang ada dalam pikiran mereka tanpa memperhatikan situasi sekitar.
Membantu anak memahami waktu dan tempat untuk berbicara bisa dilakukan dengan cara lembut, seperti memberi mereka momen khusus untuk bercerita atau mengajarkan bagaimana bergiliran dalam percakapan. Dengan cara ini, mereka tetap bisa mengekspresikan diri tanpa mengganggu orang lain.
4. Tampak Gelisah Bahkan Saat Sedang Bermain
Meski sedang dalam aktivitas yang menyenangkan, beberapa anak masih terlihat gelisah dan sulit benar-benar menikmati permainan. Mereka mungkin sering berpindah-pindah dari satu mainan ke mainan lain tanpa fokus yang lama.
Orang tua dapat membantu dengan menyediakan permainan yang lebih menantang atau membutuhkan konsentrasi lebih, seperti puzzle atau aktivitas sensorik. Memberikan ruang bagi anak untuk mengendalikan energinya akan membuat mereka lebih tenang dalam bermain.
5. Kesulitan Fokus pada Satu Tugas dalam Waktu Lama
Anak yang mudah teralihkan sering kesulitan menyelesaikan satu tugas sebelum berpindah ke hal lain. Mereka mungkin merasa sulit untuk duduk dan berkonsentrasi dalam waktu yang cukup lama, terutama jika tugas tersebut tidak menarik bagi mereka.
Orang tua bisa membantu dengan membagi tugas menjadi bagian yang lebih kecil dan memberikan waktu istirahat di sela-sela aktivitas. Dengan cara ini, anak lebih mudah mempertahankan fokus tanpa merasa terbebani oleh tugas yang terlalu panjang.
Dampak dari perilaku anak hiperaktif bisa terasa dalam kehidupan sehari-hari anak. Di lingkungan sekolah, anak mungkin mengalami kesulitan mengikuti pelajaran atau berinteraksi dengan teman sebaya.
Di rumah, orang tua mungkin merasa kelelahan mengawasi aktivitas anak yang tidak ada habisnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa anak hiperaktif bukanlah anak nakal atau pembangkang, melainkan memiliki kebutuhan perkembangan yang berbeda.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry, anak dengan tingkat aktivitas tinggi membutuhkan pendekatan pendidikan dan pengasuhan yang lebih fleksibel serta dukungan emosional yang lebih konsisten untuk membantu mereka berkembang optimal.
Cara Mengatasi Anak hiperaktif yang Bisa Dilakukan Orang Tua
Menghadapi anak hiperaktif memerlukan kesabaran, strategi, dan pemahaman yang mendalam. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan oleh orang tua dalam mendampingi anak hiperaktif
1. Mengurangi Gangguan agar Anak Lebih Fokus
Ada banyak hal kecil yang mungkin tanpa disadari bisa mengalihkan perhatian anak hiperaktif. Mereka cenderung kesulitan mempertahankan fokus dan sering berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.
Itulah mengapa penting bagi ibu untuk menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif di sekitar anak. Ini akan sangat membantu terutama saat mereka sedang mengerjakan PR atau bersiap menghadapi ujian agar lebih tenang dalam belajar.
2. Buat Jadwal Harian yang Teratur
Keteraturan dapat membantu anak hiperaktif merasa lebih aman dan tahu apa yang diharapkan. Membuat jadwal harian yang konsisten untuk waktu bermain, belajar, makan, dan tidur akan memberikan struktur yang dibutuhkan anak.
Berdasarkan studi dari Early Childhood Research Quarterly, rutinitas yang konsisten membantu meningkatkan keterampilan pengendalian diri pada anak usia dini, termasuk anak yang memiliki kecenderungan hiperaktif .
3. Berikan Instruksi yang Sederhana dan Jelas
Anak hiperaktif sering kali mengalami kesulitan memproses instruksi yang terlalu panjang atau rumit. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan arahan secara singkat, jelas, dan satu per satu.
Misalnya, daripada mengatakan bersihkan kamar dan kemudian makan, lebih baik menyampaikan bersihkan kamar dulu, baru setelah selesai diberi arahan berikutnya.
4. Melatih Anak Mengelola Emosi
Mengelola emosi adalah keterampilan penting untuk anak hiperaktif . Ajarkan anak cara mengenali perasaannya dan menenangkan diri saat merasa terlalu bersemangat atau frustrasi. Teknik pernapasan sederhana, seperti menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, dapat sangat membantu.
Menurut jurnal Psychology Research and Behavior Management, teknik regulasi emosi yang diajarkan sejak dini dapat meningkatkan kontrol diri dan mengurangi perilaku impulsif pada anak.
5. Hindari Memberi Label Negatif
Mengatakan anak nakal, bandel, atau sulit diatur hanya akan memperburuk perilaku dan membuat anak merasa tidak dipahami. Sebaliknya, gunakan pendekatan yang positif seperti memahami bahwa anak memiliki kebutuhan energi yang lebih besar.
Beri pujian atas usaha anak saat mereka bisa mengikuti aturan atau menunjukkan perilaku positif, sekecil apa pun itu.
Kesimpulan
Penting juga bagi orang tua untuk bekerja sama dengan guru atau pengasuh anak dalam memahami kebutuhan anak di lingkungan sosial. Apabila orang tua merasa kesulitan mengelola perilaku anak di rumah, konsultasi dengan psikolog anak atau terapis perkembangan dapat menjadi pilihan bijak.
Intervensi profesional dapat membantu memberikan strategi yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan anak.
Mendampingi anak hiperaktif bukanlah tugas yang mudah, namun dengan pemahaman, kesabaran, dan dukungan yang konsisten, anak dapat tumbuh menjadi individu yang percaya diri, kreatif, dan penuh semangat. Anak dengan energi besar sebenarnya memiliki potensi luar biasa jika diarahkan dengan cara yang tepat.
Reference
Susati Hartati. 2020. Perilaku Hiperaktif Anak Usia Dini dan Pola Asuh Mengatasinya. Journal Conciencia. Diakses pada 2025