fbpx

12 Miskonsepsi Tentang Metode Montessori yang Sering Terjadi

Toddler Class Albata Islamic Montessori
December 29, 2024

Metode Montessori sudah ada lebih dari seratus tahun, namun masih banyak yang salah paham tentang bagaimana cara kerjanya. Mari kita lihat beberapa miskonsepsi yang sering muncul tentang metode ini, supaya buibu bisa lebih paham dan tahu betapa manfaatnya metode Montessori, terutama untuk pendidikan anak-anak usia dini.

Sc: Albata Islamic Montessori School

Miskonsepsi 1: “Montessori itu berantakan, bebas tanpa aturan, dan guru tidak banyak interaksi.”

Kalau dilihat dari luar, kelas Montessori mungkin kelihatan seperti berantakan, tapi kenyataannya, kelas Montessori itu sudah diatur dengan sangat rapi dan penuh perhatian. Semua bahan ajar disusun dengan tujuan memenuhi kebutuhan anak-anak, dan guru Montessori sudah dilatih untuk mengatur kelas serta mengawasi setiap anak secara cermat.

Di dalam kelas, anak-anak memang diberikan kebebasan untuk memilih kegiatan yang mereka inginkan, tapi tetap dalam batasan yang jelas. Anak-anak diajarkan disiplin diri melalui kebebasan yang diberikan, tanpa perlu ada hukuman. Begitu anak-anak mulai mengganggu atau bertindak tidak baik, guru akan mengarahkan mereka untuk kembali ke pilihan yang lebih tepat. Semua ini dilakukan dengan cara yang penuh perhatian dan disiplin.

Miskonsepsi 2: “Montessori itu terlalu ketat dan terstruktur.”

Beberapa orang berpikir Montessori itu terlalu bebas, tapi ada juga yang menganggapnya terlalu ketat. Padahal, Montessori memiliki struktur yang teratur, namun dengan kebebasan. Anak-anak diberikan kesempatan untuk memilih kapan, dimana, dan dengan siapa mereka ingin belajar, sambil tetap di bawah pengawasan guru yang memastikan anak-anak belajar sesuai dengan kebutuhan mereka.

Miskonsepsi 3: “Montessori tidak mengajarkan keterampilan akademik.”

Ini salah besar! Montessori justru sangat menekankan keterampilan akademik, seperti membaca, menulis, matematika, dan sains. Namun, cara mengajarnya lebih praktis dan menyenangkan. Anak-anak belajar melalui manipulatif (alat bantu) yang membuat mereka bisa memahami konsep-konsep tersebut dengan cara yang lebih nyata dan aplikatif.

Miskonsepsi 4: “Montessori tidak mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan nyata.”

Sebaliknya, Maria Montessori merancang pendidikan ini untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi kehidupan nyata. Anak-anak belajar bekerja sama dengan berbagai usia dan latar belakang, serta menjadi mandiri. Semua ini sangat membantu mereka untuk berkembang secara sosial, emosional, dan intelektual, yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Miskonsepsi 5: “Montessori itu hanya untuk keluarga kaya.”

Memang benar, Montessori bisa lebih mahal di beberapa sekolah, tapi sebenarnya metode ini bisa diterapkan di berbagai lapisan masyarakat. Montessori berasal dari program perawatan anak di daerah miskin di Roma, Italia. Sekarang, banyak sekolah umum dan swasta yang sudah menerapkan metode Montessori, bahkan ada yang menawarkan beasiswa atau bantuan untuk keluarga yang membutuhkan.

Miskonsepsi 6: “Montessori itu agama.”

Montessori bukanlah suatu agama, meskipun Maria Montessori adalah seorang Katolik yang taat. Metode ini bersifat sekuler, yang artinya bisa diterapkan pada semua anak tanpa memandang agama. Montessori berfokus pada perkembangan anak secara ilmiah dan berbasis observasi, jadi anak-anak dari berbagai latar belakang agama bisa belajar di sekolah Montessori.

Miskonsepsi 7: “Anak Montessori tidak siap untuk masuk sekolah tradisional.”

Sebaliknya, anak-anak yang dibesarkan dengan metode Montessori justru siap menghadapi transisi ke sekolah tradisional. Mereka sudah terbiasa dengan pembelajaran yang mandiri dan bisa bekerja dalam berbagai situasi. Jadi, meskipun sistem Montessori berbeda, anak-anak tetap memiliki dasar yang kuat untuk melanjutkan pendidikan di sekolah lain.

Miskonsepsi 8: “Montessori itu cuma untuk anak usia dini.”

Meski banyak sekolah Montessori yang khusus untuk anak usia dini, Montessori sebenarnya diterapkan untuk anak-anak dari usia 0 hingga 18 tahun. Montessori juga mengembangkan metode untuk anak-anak usia sekolah dasar dan remaja, yang bisa diajarkan dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka.

Miskonsepsi 9: “Montessori tidak ada permainan sosial.”

Sebagian orang beranggapan Montessori cuma fokus pada pembelajaran individu, padahal Montessori juga menekankan pentingnya kerjasama dan interaksi sosial. Anak-anak di kelas Montessori sering bekerja bersama teman-temannya, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan mereka juga mengembangkan keterampilan sosial yang penting.

Miskonsepsi 10: “Montessori membatasi kreativitas.”

Ada anggapan kalau Montessori mengekang kreativitas anak, tapi sebenarnya, Montessori justru memberikan ruang untuk kreativitas melalui pengalaman praktis dan seni. Anak-anak diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri lewat seni, musik, dan proyek kreatif lainnya, yang justru membantu mengembangkan kemampuan berimajinasi mereka.

Miskonsepsi 11: “Montessori tidak cocok untuk semua anak.”

Metode Montessori dirancang untuk semua anak, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus atau perbedaan belajar. Bahkan, Maria Montessori mulai mengembangkan metode ini untuk membantu anak-anak dengan disabilitas. Jadi, Montessori adalah pendekatan yang inklusif dan cocok untuk anak dengan berbagai kebutuhan dan kemampuan.

Miskonsepsi 12: “Metode Montessori tidak berbasis riset ilmiah.”

Metode Montessori sebenarnya sangat berbasis pada observasi ilmiah. Sejak awal, Maria Montessori mengamati perkembangan anak-anak untuk menciptakan metode ini. Sekarang, banyak penelitian ilmiah yang mendukung efektivitas metode Montessori, bahkan sebuah buku berjudul Montessori: The Science Behind the Genius mengungkapkan betapa mendalamnya dukungan ilmiah terhadap pendekatan ini.

Sumber

The Top 12 Misconceptions about Montessori Education by The American Montessori Society, January 5, 2024.

Montessori, Maria. 1972. The Discovery of the Child. New York: Ballantine Books.

Montessori, Maria. 2017. Maria Montessori Speaks to Parents: A Selection of Articles. Netherlands: Montessori-Pierson Publishing Company. amshq.org

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *